Name :
Ikrimah
Class :
C
NPM :
10.21.0005
Subject :
Translation
GAP EDUCATION IN INDONESIA
It's no secret anymore,
the quality of education is less prevalent right now.
Remote areas are often overlooked, like
infrastructures and the teachers. Many
factors that makes it happen, one of them is mapping of teacher placement often does not cooperate with the supervisor that really know the conditions at the school.
. Staffing decisions are usually taken only by the officials
in the Department of Education, where there is still extant UPTD (Technical Unit Area) and supervisors
that have
relation directly with the headmaster and teachers. They are the ones who know exactly which schools are need teachers more.
The other problem, remote allowances for teachers is often not current,
even the teachers can’t get it. And also the
problem of information for teachers in remote areas are often left behind. When
there is training, teachers village are not sent. This causes a slow
progressive education in rural areas. Not to mention the educational
facilities such as the unsuitable access of road, nothing libary in remote area
and limited books. This is really different from urban schools.Worse yet, many chiefs
of official education department are don’t have educational background. They
are placed as head of a successful team, and fact of this is they are really
don’t know the problem in the area itself. Should the head of successful team
have the educational background, better they are teacher before.
So, actually quite a lot of problems
related to the low quality of education in remote areas. To handle
these problems, governments regions just not only
budgeted funds according to the mandate of
the legislative, but must look for the root problems in the area. If
necessary the government officials look directly to the area itself and ask question there. Then, input from teachers and the public made as the basic to make a policy.
If placement of teacher according to mapping in the area, allowances teachers' will be current,
teachers in rural given the opportunity to join the
training, and head of official
education department have background
as a teacher, so the quality of school
in remote areas will not lose
than urban.
KESENJANGAN PENDIDIKAN DI INDONESIA
Bukan rahasia lagi, kualitas dan mutu pendidikan
sekarang ini kurang merata. Daerah terpencil sering terabaikan, seperti sarana prasarana dan tenaga pengajar. Banyak faktor penyebabnya, di antaranya pemetaan
penempatan guru sering tidak bekerja sama dengan pengawas yang nota bene
mengetahui kondisi di lapangan.
Biasanya keputusan penempatan guru hanya diambil
pejabat di Dinas Pendidikan (Disdik), padahal masih ada yang namanya UPTD (Unit Pelaksana Teknis
Daerah) dan pengawas yang bersentuhan langsung dengan
kepala sekolah dan guru. Mereka inilah yang tahu persis, sekolah mana
yang lebih membutuhkan guru.
Persoalan lain, tunjangan terpencil buat guru
sering tidak lancar, bahkan tidak sampai sama sekali. Begitu juga persoalan
informasi buat guru-guru di daerah terpencil sering tertinggal. Akibatnya bila
ada pelatihan, guru-guru di kampung tidak dikirim. Ini yang menyebabkan
pendidikan di perdesaan lambat maju. Belum lagi sarana dan prasarana pendidikan seperti
akses jalan yang kurang memadai, perpustakaan sekolah di daerah terpencil tidak
ada dan keterbatasan buku. Ini berbeda dengan sekolah-sekolah di perkotaan.
Lebih parah lagi, banyak kepala Disdik yang tidak berlatar belakang pendidikan. Mereka ditempatkan sebagai tim sukses kepala daerah, akibatnya tak mengetahui permasalahan di lapangan. Seharusnya yang menjabat berlatar belakang pendidikan, malah lebih baik lagi bila sebelumnya seorang guru.
Lebih parah lagi, banyak kepala Disdik yang tidak berlatar belakang pendidikan. Mereka ditempatkan sebagai tim sukses kepala daerah, akibatnya tak mengetahui permasalahan di lapangan. Seharusnya yang menjabat berlatar belakang pendidikan, malah lebih baik lagi bila sebelumnya seorang guru.
Jadi, sebenarnya cukup banyak persoalan dan
permasalahan yang berkaitan dengan rendahnya mutu pendidikan di daerah
terpencil. Untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah daerah tak hanya
menganggarkan dana sesuai amanat undang undang, tetapi harus mencari akar
permasalahan di lapangan. Kalau perlu para pejabat dan dinas terkait turun ke
lapangan, mendatangi daerah terpencil menanyakan persoalan di sana.
Kemudian, masukan-masukan dari guru dan masyarakat tersebut dijadikan
dasar kebijakan.
Jika penempatan guru sesuai pemetaan di lapangan,
tunjangan guru terpencil lancar, guru perdesaan diberi kesempatan mengikuti
pelatihan, dan kepala Disdik berlatar belakang guru, maka kualitas sekolah di
kampung-kampung tidak akan kalah dibanding perkotaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar