Kamis, 24 Oktober 2013

Education in Remote Areas

EDUCATION IN REMOTE AREAS

Education is a key to increase national prosperity and a part of human development index (HDI) and millennium development goals (MDGs) calculation (UNDP, 2009). Above all, education is also a basic right that governments should provide to their people. In Indonesian constitution, every individual has a right to access same quality of education, in which it also gives a mandate to government to guarantee same quality of education for all citizens. On the other hand, people who live in villages and other remote areas are hardly to have good education. Overall education development index (EDI) in Indonesia was fall into middle-low group compared to other countries (EFA Coordination Team, 2006; Sulistyatuti, 2007).
One fundamental element of education is teacher’s quality. Providing good and competent teacher has always been a struggle in Indonesia. With regard to current condition, only 55% of teachers are competent, and most of them are in cities (Ministry of Education, 2010). Here, we would discuss the actual conditions and challenges faced by teachers in remote area of East Kalimantan.
East Kalimantan is a good case, especially after law for autonomy was enacted. Being one of the richest provinces in Indonesia, contributing roughly 30% of Indonesian GDP is a big advantage. However, East Kalimantan comprises a huge land, a little bigger than Java Island, divided into 13 regencies, in which 50% of them were newly established within last 10 years (Bappeda East Kalimantan, 2010).
Based on HDI, East Kalimantan belongs to five highest HDI provinces and all four cities were at 20 best in Indonesia (BPS Indonesia, 2010a). However, HDI in all regencies in East Kalimantan are around average position compared to national HDI. Educational development indexes in all the regencies and cities are tad higher than that of Indonesian average. However, as we observed from our experience as teachers, we believe that either HDI or EDI do not enough to represent the real situation of educational development in rural areas in East Kalimantan. There are always huge gaps between remote areas and cities in East Kalimantan.
We characterized three indicators that will be studied in our paper, policy in human resource development, socio-psychological state of teacher, and educational support facilities. This study will try to deliver recent findings and data on how East Kalimantan try to cope with ever-changing educational policy and the real condition of education in remote areas in comparison to that in the cities within East Kalimantan in our perspective as teachers.

Keterampilan Membaca

Keterampilan membaca yang merupakan salah satu keterampilan berbahasa sangat penting kedudukannya untuk menunjang terlaksananya pendekatan komunikatif dalan pengajaran berbahasa. Untuk mencapai agar siswa terampil membaca diperlukan berbagai alat ukur untuk menguji kemampuan membaca. Alat ukur atau instrumen itu dapat berupa tes yang dapat mencerminkan kompetensi siswa dalam membaca sehingga pendekatan komunikatif yang digunakan dalam kurikulum dapat terlaksana, yang salah satunya siswa terampil membaca secara komunikatif.

     a.       Menguji Kemampuan-kemampuan Tingkat Rendah
Terdapat beberapa jenis soal yang dapat digunakan dalam menguji kemampuan-kemampuan paling rendah seperti, pengenalan kata, pengenalan kalimat, dan pemahaman kata dan kalimat. Tipe-tipe soal seperti itu sangat tepat untuk menguji mereka yang baru belajar membaca bahasa Inggris, akan tetapi jangan digunakan terhadap mereka yang di luar tingkat itu. Memberikan batas waktu dalam mengerjakan soal. merupakan hal. yang sangat berguna bagi peserta ujian, karena jenis soal seperti itu digunakan untuk menguji kemampuan-kemmpuan yang akan dipergunakan secara otomatis dalam tingkat kemampuan membaca yang lebih tinggi.
1)      Pengenalan kata. Peserta akan diberikan satu kata dan sekumpulan empat  atau lima kata. Mereka diinstruksikan untuk menandai kata yang sama dengan satu kata pertamanya.
2)      Pengenalan kalimat. Jenis soal seperti ini hampir sama dengan sebelumnya. Peserta diberi kalimat-kalimat bukan kata dan  mengidentifikasi kalimat mana yang sama.
3)      Menjodohkan kata dan gambar. Terdapat dua variasi dalam jenis soal ini. Pertama, memberi empat gambar yang serupa dan satu kalimat   kepada peserta. Mereka diinstruksikan untuk mengidentifikasi gambar mana yang sesuai dengan kalimat. jenis soal yang lain yaitu dengan menggunakan satu gambar dan empat kalimat yang serupa lalu peserta menentukan kalimat yang tepat yang mendeskripsikan gambar. Variasi dalam jenis ini adalah memberikan peserta, seperti contoh, sepuluh kalimat dan peserta memilih lima kalimat yang menggambarkan gambar dengan tepat.

b.   Soal-soal untuk Peserta Tingkat Menengah dan Tinggi
1)      Pertanyaan Benar/Salah. Mungkin bentuk pertanyaan Benar/Salah  merupakan bentuk yang paling umum. Jenis soal seperti ini sangat berguna untuk progres tes, karena soal seperti ini mudah dan cepat dibuat, dan juga mudah menilainya. Umpan balik dari ujian benar/salah yaitu peserta ujian mempunyai 50/50 % kesempatan untuk menjawab pertanyaan dengan benar, berarti bahwa nilai fasilitasnya sekitar 75 pesen. Ini berarti bahwa ujian tersebut tidak dapat membedakan. dengan baik antara siswa tingkat tinggi dan rendah, kecuali pertanyaannya banyak.

Setidaknya ada dua cara untuk mengatasi masalah ini. Satu, mengetengahkan sebuah hukuman untuk menduga-duga jawaban. soal. Misalnya, dua poin dapat diberikan bagi setiap jawaban yang benar dan satu poin dikurangi bagi setiap jawaban yang salah. Cara lain yaitu dengan membuat alternatif ketiga yang informasinya bukan dari wacana. Jenis soal seperti ini kadang-kadang sulit untuk dibuat, karena. yang sulit adalah membuat pernyataan yang terlihat mendekati isi wacana dan terlihat seperti benar. Dengan kata lain, terkadang sulit untuk menarik sebuah garis antara informasi apa yang benar-benar disimpulkan dari wacana dan informasi yang bukan berasal dari wacana sama sekali.
Terdapat dua jenis pertanyaan benar/salah; pertanyaan yang berdiri sendiri tidak terkait dengan wacana dan pertanyaan yang bergantung pada wacana. Pada pertanyaan yang independen, kemampuan yang diujikan yaitu pemahaman peserta tentang bahasa dan pertanyaan itu sendiri. Pada permasalahan ini, isi pertanyaannya adalah tentang pengetahuan umum dari peserta yang dianggap akan bisa dijawab, seperti “Jepang lebih kecil dari Amerika Serikat.” Maka jelas perlu diperhatikan bahwa semua pemyataan harus termasuk dalam latar belakang pengetahuan dari peserta.
Untuk pertanyaan benar/salah yang bergantung pada wacana peserta membaca wacana kemudian menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan wacana tersebut. Soal seperti ini sering digunakan untuk siswa tingkat dasar, tetapi soal tersebut dapat dirancang untuk siswa tingkat monengah dan atas. Secara umum, dalam hal ini, pertanyaan benar/salah harus mengukur pemahaman terhadap wacana bukan terhadap pertanyaannya. Karenanya, sangat penting untuk membuat pertanyaan yang jelas, tepat, dan mudah dimengerti.
Sebagai tambahan, pertanyaan benar/salah harus berdasar pada penulisan ulang suatu wacana atau kekeliruan yang mungkin muncul dari suatu wacana. Pertanyaan seharusnya tidak, kecuali dalam sebuah tes yang dibuat sangat mudah, meggunakan kata-kata yang sama dengan yang ada pada wacana. Karena pernyataan yang menggunakan kata ‘selalu’ atau ‘tidak pernah’ biasanya salah, kata-kata ini harus dihindari dalam pertanyaan benar/salah.
2)      Pertanyaan pilihan ganda. Tugas pilihan ganda, seperti pertanyaan benar/salah, mudah untuk dinilai. Tugas ini memiliki keuntungan  yang lebih dari pertanyaan benar/salah yaitu terdapat lebih dari dua (atau tiga) kemungkinan. Pertanyaan pilihan ganda bisa dibuat  dengan empat atau mungkin lima kemungkinan. Masalahnya adalah sulit untuk membuat kemungkinan yang salah. Kemungkinan yang ada harus masuk akal tapi jelas salah. Menulis tiga atau empat pernyataan seperti itu seringkali sulit.
Satu tipe dari pertanyaan pilihan ganda memiliki sebuah kalimat atau beberapa kalimat, dan peserta ujian memilih dari empat kata, salah satu yang paling cocok dengan konteks. Sebagai contoh:
Kami pindah ke sebuah kota yang memiliki sekolah-sekolah yang  bagus, taman-taman yang indah dan jalan-jalan yang aman. Kota itu adalah (lingkungan, aura, latar belakang, media) yang baik untuk membesarkan anak.
Pertanyaan tipe ini bisa digunakan untuk peserta dari tingkat berbeda. Bila menguji perbendaharaan kata adalah tujuannya, maka konteks kalimat haruslah mudah, dan tingkat kesulitan atau kemungkinan kata harus bervariasi, tergantung pada tingkat pernahaman yang dianggap dimiliki peserta ujian.
Jenis lain dari pertanyaan pilihan ganda adalah yang di dalamnya peserta diberi sebuah kalimat,  mereka diminta untuk memutuskan yang mana dari empat pilihan yang ada memiliki arti yang sama. Jenis pertanyaan dalam tes ini mengukur kemampuan gramatikal.
Akhirnya, pertanyaan pilihan ganda bisa digunakan’ untuk mengetes   pemahaman terhadap sebuah wacana. Peserta bisa diberi sebuah wacana pendek dengan hanya satu pertanyaan atau sebuah wacana yang lebih panjang dengan beberapa pertanyaan.
Menulis item pilihan ganda, seperti yang telah disebutkan, seringkali sulit. Seperti juga penyataan-pernyataan untuk item benar/salah, pertanyaannya jangan meniru kata dari wacana dan harus merefleksikan beberapa kesalahpengertian yang mungkin terjadi dari sebuah wacana. Tidak satupun dari kemungkinan harus lain, sebagai contoh, lebih panjang dari yang lain. Tidak satupun dari kemungkinan harus berlawanan arti dengan pilihan yang benar (karena biasanya berlawanan arti berarti pilihan yang benar). Kemungkinan yang salah tidak boleh mempunyai arti yang serupa. (karena bila keduanya tidak mungkin benar, maka keduanya pasti salah.). Menjawab sebuah item harus bergantung pada informasi yang ada dalam wacana, bukan pengetahuan umum si peserta. Semua.pilihan harus benar gramatikanya, karena ini merupakan tes bacaan bukan tes gramatika. “Semua yang diatas” atau “Tak satupun yang diatas” adalah pilihan yang sangat berguna, tapi seharusnya tidak ada pola bahwa tipe pertanyaan seperti itu selalu benar atau selalu salah.
Sebuah godaan yang sering muncul adalah keinginan untuk fokus pada fakta-fakta dan bentuk-bentuk. Bagaimanapun pertanyaannya harus menguji informasi yang dapat diperoleh dari wacana atau meminta peserta untuk mengumpulkan informasi  lebih dari satu bagian dari wacana.
Pengadaan pre-tes merupakan hal yang selalu penting, tetapi khusus bagi pertanyaan pilihan ganda. Sangatlah mudah, contohnya, untuk membuat lebih dari satu altematif yang benar, tetapi tanpa disadari bahwa alternatif kedua juga benar ketika ditinjau dari sudut pandang yang berbeda. Melihat dari sebuah perspektif baru terhadap item-item merupakan hal penting.
3)       Jawaban pendek/ melengkapi. Beberapa jenis pertanyaan jawaban pendek dapat digunakan untuk menguji pemahaman membaca. Jenis pertanyaan ini memiliki manfaat bahwa jawabannya berupa produksi bukan pengenalan, tetapi pertanyaan jenis ini lebih sulit untuk dinilai dibanding pertanyaan benar/salah atau pilihan ganda. Guru akan  dihadapkan dengan sekumpulan jawaban-jawaban, ada yang benar, salah, dan sebagian benar, dan dia harus memutuskan bagaimana menghadapi jawaba-jawaban seperti itu.
Sebuah jenis pertanyaan jawaban pendek yang paling urnum mempunyai sebuah pertanyaan yang harus direspon dengan menggunakan informasi dari wacana. Jenis lain membuat peserta harus memberikan satu bagian kalimat, dan peserta menulis dalam sebuah kata atau dalarn kata-kata untuk melengkapi sebuah kalimat. berdasarkan informasi didalarn wacana. Peserta dapat diberi soal melengkapi yang harus diisi dengan informasi dari dalam wacana.
4)      Tugas menyusun. Peserta membaca sebuah wacana dan diberi   sejumlah penyataan yang mencakup informasi di dalarn wacana.  untuk disusun dengan benar. Pertanyaan jenis ini sangat bermanfaat untuk pengujian dengan urutan tertentu, seperti perintah-perintah atau sebuah narasi, tetapi dapat juga digunakan untuk menekankan perkembangan pikiran-pikiran suatu wacana. Sebuah hal tambahan dapat mengikutsertakan beberapa pernyataan dengan informasi yang bukan dari wacana dan menginstruksikan peserta untuk mengidentifikasi pernyataan-pernyataan tersebut.
Selain hal-hal di atas jenis tes membaca yang dapat dibuat menurut Djiwandono (1996) adalah melengkapi wacana, menjawab pertanyaan, dan meringkas isi bacaan.


Latar Belakang Penelitian Dilakukan

Nama Kelompok       :  -  Ikrimah    (10.21.0005)
-     Yeni          (10.21.0422)
-     Siti Isnani (10.21.0027)

Kelas                           : C


Sekurang-kurangnya ada empat sebab yang melatarbelakangi mengapa penelitian itu perlu dilakukan, yaitu :
·         Kesadaran keterbatasan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan
·         Pemenuhan rasa ingin tahu;
·         Pemecahan masalah; dan
·         Pemenuhan pengembangan diri.
Pertama, penelitian didasarkan atas kesadaran keterbatasan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan. Manusia tinggal di lingkungan masyarakat yang sangat luas. Dalam kehidupan yang sangat luas tersebut banyak hal yang kita tidak ketahui, tidak jelas, tidak paham sehingga menimbulkan kebingungan, karena pengetahuan, pemahaman dan kemampuan manusia yang sangat terbatas, dibandingkan dengan lingkungannya yang begitu luas. Bahkan ketidaktahuan, ketidakpahaman, dan ketidakjelasan terhadap sesuatu dalam kehidupannya, seringkali menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan rasa terancam. Kesadaran atas keterbatasan pengetahuan, pemahaman, dan atau kemampuan manusia dalam kehidupannya perlu diatasi agar manusia dapat menyesuaikan diri di lingkungan masyarakat.
Kedua, penelitian dilakukan karena didorong oleh pemenuhan kebutuhan rasa ingin tahu. Manusia memiliki dorongan atau naluri ingin mengetahui tentang sesuatu di luar dirinya. Pengetahuan dan pemahaman tentang sesuatu, menimbulkan rasa ingin tahu baru yang lebih luas, lebih tinggi, lebih menyeluruh. Dorongan ingin tahu disalurkan untuk menambah dan meningkatkan pengetahuan dan pemahaman. Contohnya, manusia selalu bertanya, apa itu, bagaimana itu, mengapa begitu, dan sebagainya. Bagi kebanyakan orang, jawaban-jawaban sepintas dan sederhana mungkin sudah memberikan kepuasan, tetapi bagi orang-orang tertentu, para ilmuwan, peneliti, dan mungkin juga para pemimpin, dibutuhkan jawaban yang lebih mendalam, lebih rinci dan lebih komprehensif.
Ketiga, penelitian dilakukan untuk pemecahan masalah. Manusia di dalam kehidupannya selalu dihadapkan kepada masalah, tantangan, ancaman, dan bahkan kesulitan, baik di dalam dirinya, keluarganya, masyarakat sekitarnya serta di lingkungan kerjanya. Banyak cara yang dilakukan manusia untuk memecahkan masalah yang dihadapinya, antara lain:
Ø  Pemecahan masalah dilakukan secara tradisional atau mengikuti kebiasaan. Cara dan alat kerja tradisional yang merupakan kebiasaan, misalnya, cara masyarakat petani memotong padi menggunakan anai-anai yang secara turun temurun dijadikan sebagai alat potong padi.
Ø  Pemecahan masalah secara dogmatis, baik menggunakan dogma agama, masyarakat, hukum, dan lain lain. Seperti pencuri dipotong tangannya, dll.
Ø  Pemecahan masalah secara intuitif yaitu berdasarkan bisikan hati, misalnya seorang ibu kebingungan anaknya terlambat pulang sekolah. Bisikan hatinya, mengecek anaknya dengan menelepon teman dekat anaknya.
Ø  Pemecahan masalah secara emosional, umpamanya pintu terkunci dibuka dengan didobrak.
Ø  Pemecahan masalah secara spekulatif atau trial and error, suara radio berhenti, lalu radionya dipukul-pukul dan ternyata bersuara lagi.
Ø  Pemecahan masalah melalui penelitian. Pemecahan masalah dalam penelitian dilakukan secara objektif, sistematis, menggunakan metode dan mengikuti prosedur, serta berpegang pada prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah pengumpulan, pengolahan data, dan pembuktian secara ilmiah.
Keempat, pemenuhan pengembangan diri. Manusia merasa tidak puas dengan apa yang telah dicapai, dikuasai, dan dimilikinya. Manusia selalu ingin yang lebih baik, lebih sempurna, lebih memberikan kemudahan, selalu ingin menambah dan meningkatkan “kekayaan” dan fasilitas hidupnya. Keinginan manusia yang selalu ingin lebih baik itu, ada yang dicapai dalam waktu relatif singkat dengan ruang lingkup yang lebih sempit maupun membutuhkan waktu yang cukup lama dengan ruang lingkup yang lebih luas dan komplek melalui penelitian.
Dengan demikian pencapaian yang diinginkan manusia melalui penelitian sangat tergantung ruang lingkup penelitian yang dirancang, baik yang dirancang dan dilaksanakan sendiri, maupun melibatkan banyak orang.


Contoh RPP II

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)


Nama Sekolah           :  SMA/MA .............................
Mata Pelajaran          : Bahasa Inggris
Kelas/Semester          : X / 2
Alokasi Waktu           :  45 menit ( 2 x pertemuan )

A.     Standar Kompetensi
Mendengarkan
Memahami makna dalam percakapan transaksional dan interpersonal dalam
konteks kehidupan sehari-hari.

B.     Kompetensi Dasar
Merespon makna dalam percakapan transaksional (to get things done) dan interpersonal (bersosialisasi) resmi dan tak resmi secara akurat, lancar dan berterima yang menggunakan ragam bahasa lisan sederhana dalam berbagai konteks kehidupan sehari-hari

C.      Tujuan Pembelajaran
Pada akhir pembelajaran peserta didik dapat :
·         Siswa dapat mengidentifikasi kata yang didengar
·         Siswa dapat mengidentifikasi makna kata
·         Siswa dapat mengidentifikasi hubungan antar pembicara
·         Siswa dapat mengidentifikasi konteks situasi



D.     Indikator Pencapaian Kompetensi
§  Mampu mengidentifikasi kata yang didengar
§  Mampu mengidentifikasi makna kata
§  Mampu mengidentifikasi hubungan antar pembicara
§  Mampu mengidentifikasi konteks situasi

E.      Materi Pembelajaran

          Listen to the following dialogue and fill in the blank spaces. Compare your answer to your friends

Lina is reading a book in the city park. There is someone approaching her.

A girl     : Excuse me. Do you mind if I sit here ? I’m waiting for my friend
Lina       : No. ___________1

Lina continues her reading. After a long silence, the girl offers something.

The girl  : I brought some sandwiches. __________2 ? (she hands a
sandwich to Lina)
Lina       : Thank you. (Lina takes it). It’s very delicious. By the way, my
  name is Lina _____________3
The girl  : I’m Fanny. Nice to meet you too
Lina       : _____________4, how to make this sandwich ?

Fanny     : OK. ______________5, take two pieces of bread. Spread butter
on each piece.
                 Then, cut cheese into slices. ­­­­­_____________6, place the slices on one piece of the bread. Finally, put the other piece _____________7.
Lina       : It’s very simple. I think ...

A girl is coming over to Lina and Fanny. She interrupts them.

Santi      : Hi Fanny. __________8 I’m late
Fanny    : That’s OK.

F.      Metode Pembelajaran/Teknik:
Three-phase technique

G.     Strategi Pembelajaran
Tatap Muka
Terstruktur
Mandiri
§  Siswa mampu mengidentifikasi kata yang didengar, makna kata, hubungan antar pembicara, dan konteks situasi
§  Siswa menganalisa kata yang didengar, makna kata, hubungan antar pembicara, dan konteks situasi
§  Siswa mengetahui dan menghafal kata yang didengar, makna kata, hubungan antar pembicara, dan konteks situasi


Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Awal

a.       Mengucapkan salam dengan ramah kepada siswa ketika memasuki ruang kelas (nilai yang ditanamkan: santun, peduli)
b.      Mengecek kehadiran siswa (nilai yang ditanamkan: disiplin, rajin)
c.       Mengaitkan materi/kompetensi yang akan dipelajari dengan karakter
d.      Dengan merujuk pada silabus, RPP, dan bahan ajar, menyampaikan butir karakter yang hendak dikembangkan selain yang terkait dengan SK/KD.

Kegiatan Inti

a.        Mendengarkan kalimat-kalimat yang diucapkan guru/mendengarkan
 percakapan yang ada di tape
b.       Menentukan makna dan fungsi kalimat yang didengar
c.        Menjawab pertanyaan tentang isi percakapan
d.       Melakukan perintah yang diucapkan guru

Kegiatan Akhir

a.     Siswa diminta memberikan jawaban sesuai dengan isi percakapan
b.     Mengecek tingkat kebenaran siswa
c.     Memberikan jawaban yang sesuai beserta alasannya
d.    Pemberian nasehat dan motivasi
e.     Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

H.     Sumber/Bahan/Alat
         1.    Alat :
                 -   Buku yang relevan : Developing English Competencies for Grade X
       Senior High School (SMA/MA)
                -    Script percakapan atau rekaman percakapan
         2.    Sumber :
   -   Tape
                -   Kamus
                -   Kaset/CD
I.          Penilaian
  • Teknik                         : Tugas individu, performance assessment
                                      (responding), dan kuis
§  Bentuk instrumen        : Tertulis uraian singkat, pilihan ganda, kuis dan  
                                      melengkapi dialog
  • Contoh instrumen       :
Listen to the tape and complete the dialogue.
Budi           : ________1. Haven’t we met before ?
Rendi         : I don’t think so
Budi           :­­ Anyway, ________2 Budi
Rendi         :  ________3 Rendi
Budi           : Do you somehow stay around here ?
Rendi         : Yeah. I stay in the Uptown Apartment on fifth Avenue
Budi           : That’s great. I also stay there on eleventh floor
Rendi         : Mine’s on teenth floor. Sorry, I have to get going ______4
Budi           : Oh, OK
                     See you then. Good bye
Rendi         : _______5

             Pedoman Penilaian
             Sistem penskoran Tes Tulis/lisan  : 100


 Jumlah yang benar dibagi jumlah soal   x  100  ( 5/5 x 100 = 100.00)

Phonology

PHONOLOGY

            Phonology is the study of the sound system. Phonology divided of two parts is :
    1.      Phonetic
Understanding phonetics is the science which investigates and analyzes the speech sounds used in speech, and learn how to produce these sounds by means of said human.
Phonetics divided of three parts, that is :
a.      Articulatory
b.      Acoustic
c.       Audiotory
These parts is related to sounds and variant of parts phonetics itself

    2.      Fonemic
Fonemic is the study of speech sound in its function as a distinctive meaning.
If we learn the phonetics sound of all kinds can be generated by said instrument as well as how each sound is performed. Then the fonemic we study and investigate the possibilities, the sound that could have a function to distinguish the meaning.
Fonemic divided to three parts :
a.      Consonant
Consonant is  a sound in spoken language that is characterized by a constriction or closure at one or more point along the vocal tract, such as the lips, tongue and teeth.
b.      Vowel
A vowel is type of sound for which there is not closure of the throat or mouth at any point where vocalization occurs. The vowel consist of five letters, they are A, I, U, E, O.


Reading Comprehension

Reading comprehension is defined as the level of understanding of a text/message. This understanding comes from the interaction between the words that are written and how they trigger knowledge outside the text/message. .[1]
Proficient reading depends on the ability to recognize words quickly and effortlessly.[2] If word recognition is difficult, students use too much of their processing capacity to read individual words, which interferes with their ability to comprehend what is read.
Many educators in the USA believe that students need to learn to analyze text (comprehend it) even before they can read it on their own, and comprehension instruction generally begins in pre-Kindergarten or Kindergarten. But other US educators consider this reading approach to be completely backward for very young children, arguing that the children must learn how to decode the words in a story through phonics before they can analyze the story itself.
During the last century comprehension lessons usually consisted of students answering teachers' questions, writing responses to questions on their own, or both.[3] The whole group version of this practice also often included "Round-robin reading", wherein teachers called on individual students to read a portion of the text (and sometimes following a set order). In the last quarter of the 20th century, evidence accumulated that the read-test methods assessed comprehension more than they taught it. The associated practice of "round robin" reading has also been questioned and eliminated by many educators.
Instead of using the prior read-test method, research studies have concluded that there are much more effective ways to teach comprehension. Much work has been done in the area of teaching novice readers a bank of "reading strategies," or tools to interpret and analyze text.[4] There is not a definitive set of strategies, but common ones include summarizing what you have read, monitoring your reading to make sure it is still making sense, and analyzing the structure of the text (e.g., the use of headings in science text). Some programs teach students how to self monitor whether they are understanding and provide students with tools for fixing comprehension problems.
Instruction in comprehension strategy use often involves the gradual release of responsibility, wherein teachers initially explain and model strategies. Over time, they give students more and more responsibility for using the strategies until they can use them independently. This technique is generally associated with the idea of self-regulation and reflects social cognitive theory, originally conceptualized by Albert Bandura.
We can define that testing reading comprehension is a test for knowing how much students’ understanding ability in reading.
a.       What to test
As ESL/EFL teachers, we are aware that the primary objective of reading is comprehension--being able to find meaning in what is read. Thus, we give our students reading assessments in order to test their reading abilities. When we are preparing these assessments, we may go through some of the following:
·         We ensure that we select an appropriate text.
·         We make sure that the language used in the text is suitably pitched to our students' proficiency.
·         We carefully scrutinise the text to ensure that the information in each paragraph is tested.
However, some teachers may not be aware that the comprehension questions they formulate only test students' ability to understand and recall ideas and information directly stated in the given text. It is indeed unfortunate if comprehension assessments do not go beyond this level of comprehension. The purpose of this article is to provide ESL/EFL teachers with some guidelines when preparing reading assessments.
Teachers need to be aware that there are actually three main levels or strands of comprehension--literal, interpretive and critical comprehension.
·         The first level, literal comprehension, is the most obvious. Comprehension at this level involves surface meanings. At this level, teachers can ask students to find information and ideas that are explicitly stated in the text. In addition, it is also appropriate to test vocabulary. According to Karlin(1971), "being able to read for literal meanings ie stated ideas is influenced by one's mastery of word meanings in context'.
·         The second level or strand is interpretive or referential comprehension. At this level, students go beyond what is said and read for deeper meanings. They must be able to read critically and analyse carefully what they have read. Students need to be able to see relationships among ideas, for exmple how ideas go together and also see the implied meanings of these ideas. It is also obvious that before our students can do this, they have to first understand the ideas that are stated (literal comprehension). Interpretive or referential comprehension includes thinking processes such as drawing conclusions, making generalizations and predicting outcomes. At this level, teachers can ask more challenging questions such as asking students to do the following:
·         Re-arrange the ideas or topics discussed in the text.
·         Explain the author's purpose of writing the text.
·         Summarize the main idea when this is not explicitly stated in the text.
·         Select conclusions which can be deduced from the text t!hey have read.
         Finally, the third level of comprehension is critical reading whereby ideas and information are evaluated. Critical evaluation occurs only after our students have understood the ideas and information that the writer has presented. At this level, students can be tested on the following skills:
·         The ability to differentiate between facts and opinions.
·         The ability to recognize persuasive statements .
·         The ability to judge the accuracy of the information given in the text.